Selasa, 10 Maret 2009

Korban Suku Bunga Perbankan

Oleh ANTON PRASETYO

Dipublikasikan SKH Seputar Indonesia, 10 Maret 2009


Dunia perbankan kini sedang tidak sehat. Pemangkasan BI Rate dari 8,25 persen menjadi 7,75 persen menjadi sumber pembahasan bersama. Bahkan sebagaimana yang diutarakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, terkait dengan pemangkasan BI rute ini pemerintah akan terus mendorong perbankan menurunkan bunga kredit.
Kenyataan ini memang perlu menjadi perhatian bersama. Bagaimanapun dengan terus naiknya suku bunga perbankan akan menjadikan keresahan tersendiri di kalangan masyarakat. Apalagi orang-orang yang setiap harinya berhubungan dengan dunia perbankan.
Bagi yang mempunyai kekayaan melimpah memang menguntungkan, bisa mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun bagi yang tidak mempunyai uang dan butuh modal, mereka terus tercekik. Dengan kata lain keberadaan perbankan jika tidak segera menurunkan suku bunganya sama halnya dengan memperparah penderitaan rakyat.
Permasalahan ini jika disederhanakan sama halnya dengan permasalahan-permasalahan lain. Ujung korban dari permasalahan yang ada adalah rakyat ekonomi kelas mengengah ke bawah. Sementara bagi rakyat ekonomi kelas menengah ke atas akan dengan mudahnya mendapat penghasilan.
Analisa secara kasar, jika kejadian ini terus terjadi pada kita, keberadaan kita pun akan terus terpuruk. Penduduk miskin merupakan penduduk mayoritas. Jika saja mereka tidak pernah dikedepankan kesejahteraannya, maka semakin meningkat tingkat ketidaksejahteraan dalam bangsa ini. Di saat yang sama, pada lini yang lain ada sebagian orang yang justru memanfaatkan keadaan ini untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi tanpa memperhatikan keadaan orang di sekitarnya. Padahal mereka adalah orang-orang yang sudah cukup harta untuk kesejahteraan diri dan keluarganya.
Maka penulis memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada pemerintah, sebagaimana yang diungkapkan Kalla, yang telah berusaha mendorong pihak perbankan untuk menurunkan suku bunganya. Ini berarti pemerintah sudah berupaya melihat dan mengutamakan nasib rakyat secara mayoritas.
Hanya saja yang menjadi beban pikiran penulis adalah, cukupkah pemerintah hanya berharap pihak perbankan menurunkan suku bunga? Pesimis, itulah yang menjadi jawaban. Pihak perbankan tentu tidak akan bergeming sedikitpun dengan harapan pemerintah tanpa adanya tawaran solusi. Toh pihak perbankan dengan tanpa menurunkan suku bunga lebih beruntung dibandingkan dengan menurunkannya.
Dari sinilah sebenarnya pemerintah (yang notabene di bawa oleh orang-orang cerdik) dituntut untuk selalu cerdik dalam merampungkan permasalahan. Tidak hanya berharap dan berkata ini-itu melainkan ada bukti nyata yang solutif. Wallahu a’lam