Sabtu, 28 Februari 2009

Bersama Antisipasi Flu Burung

Oleh ANTON PRASETYO

Diterbitkan di SKH Harian Jogja Februari 2009

Dari tahun 2003 hingga pertengahan 2007 penyakit flu burung atau sering dikenal Avian Influensa (AI) yang disebabkan virus influensa H5N1 masih menjadi misteri bagi masyarakat. Bahkan di awal 2009 kali ini flu burung kembali menyapa kita. Memang penyakit ini dianggap sebagai penyakit ganas yang mematikan. Selain itu, di samping belum ditemukan obat yang cocok untuk dapat mengobati pasien, orang yang sudah terjangkit virus ini seakan sudah tidak dapat diselamatkan nyawanya lagi.
Dari sinilah seluruh komponen yang ada di negara bermaksud menghindari penyakit ini. Dari pihak pemerintah telah mencanangkan adanya pemberantasan unggas peliaraan yang ada di masyarakat ’meskipun sampai sekarang tidak ada hasilnya’. Adanya sosialisasi kepada masyarakat akan bahayanya penyakit yang di akibatkan virus influensa H5N1 ini. Bagi sebagian peternak, mereka rela unggasnya di musnahkan dan dimanfaatkan siapa saja tanpa adanya ganti rugi. Di samping itu masyarakat sendiri selalu berhati-hati terhadap perunggasan, terutama dalam mengkonsumsinya.
Namun demikian pemberantasan AI yang identik dengan pemusnahan unggas menuai banyak hambatan. Selain ada sebagian komponen negara yang medukung adanya pemusnahan unggas, banyak juga komponen yang menentangnya karena dianggap merugikan. Bagaimana tidak, dalam hal ini peternak unggas merupakan objek terbesar dalam program pemusnahan unggas ini. Selain harus mengorbankan unggasnya yang bernilai tinggi, di saat-saat mendatang mereka pasti akan kehilangan pencaharian tetapnya.
Antisipasi bersama
Begitu mengerikannya akibat yang diberikan virus flu burung. Untuk itu perlu adanya antisipasi. Jangan sampai masyarakat terkena dampak negatif virus flu burung. Setidaknya ada dua pihak yang dapat mengantisipasi dampak negatif virus flu burung. Pertama, pihak peternak unggas harus selalu waspada dengan terus memperhatikan ternaknya. Jangan sampai para peternak tidak mengetahui gejala-gejala adanya flu burung pada unggasnya. Jika para peternak tidak menegetahui gejala-gejala adanya flu burung pada peliharaannya akan berakibat fatal. Selain unggasnya akan mati satu pertasatu atau bahkan bersamaan dapat menyebabkan kematian pada orang yang ada di sekitarnya.
Jika saja ada peternak yang tidak mengetahui gejala-gejala flu burung pada ternaknya nantinya akan berakibat pada pengonsumsian daging unggas orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski pada flu burung sebuah unggas mati dengan sekejap namun tidak menutup kemungkinan ada seorang peternak unggas yang mengetahui unggasnya sakit langsung disembelih dan dimasak untuk di konsumsi. Di sinilah letak ketidakbenaran yang perlu diperhatikan. Jika benar-benar ada seorang peternak semacam ini berarti sama halnya menularkan virus flu burung dari unggas kepada manusia. Akibatnya manusia yang terkena virus flu burung pun tidak bisa dielakkan lagi untuk segera berpamitan kepada keluarga, handai taulan, tetangga untuk selama-lamanya.
Kedua, pemerintah juga harus membantu kepada seluruh masyarakat, utamannya yang mempunyai ternak unggas agar mereka tahu bagaimana gejala-gejala unggas terjangkit virus flu burung. Selain itu pemerintah juga harus memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana ciri-ciri unggas yang terkena virus flu burung.
Terdapat dua dampak negatif jika saja masyarakat tidak tahu bagaimana ciri-ciri unggas yang terkena virus flu burung dan bagaimana yang tidak. dampak negatif yang ada sebagaimana yang telah diterangkan di atas. Jika ada unggas terkena virus flu burung sementara masyarakat tidak tahu maka masyarakat akan memakannya. Padahal jika ini dilakukan akan mengancam keselamatan konsumen daging yang terkena virus flu burung.
Selain itu jika masyarakat tidak tahu ciri-ciri unggas yang terkena virus flu burung, tidak menutup kemungkinan mereka akan bertindak boros. Dapat dikatakan boros karena masyarakat selalu merasa was-was dengan adanya virus flu burung. Mereka akan membuang atau memusnahkan seluruh unggasnya yang sakit. Padahal tidak seluruh unggas yang terganggu kesehatannya disebabkan virus flu burung. Nah di sinilah letak boros yang dilakukan masyarakat. Seharusnya unggas dapat dinikmati sebagai lauk makanan keseharian dan tidak memabahayakan, karena ketidaktahuannya unggas tersebut dibuangnya begitu saja.
Nah dari sinilah pemerintah dalam mengupayakan lebih maksimal lagi dalam memberikan sosialisasi virus flu burung terhadap unggas. Jangan sampai masyarakat resah atau bahkan harus kehilangan nyawa karena ketidaktahuannya tentang virus flu burung. Melalui seminar, iklan layanan masyarakat di media dan sejenisnyalah sosisalisasi virus flu burung akan dapat terlaksana. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar