Selasa, 02 Maret 2010

cinta yang produktif....

Cinta Yang Produktif---sepotong esai,,,menyimak sepintas sekali cinta Khadijah-Aisyah---
Dari psikologi, kita belajar tentang konsep cinta produktif Erich Fromm. Ia mengemukakan bahwa untuk memperoleh kebersamaan dan kebermaknaan, orang harus menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan yang optimistik, yaitu menghubungan diri dengan orang lain melalui kerja cinta, melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Sama seperti cinta model Khadijah Aisyah. Rasulullah tak menuntut Khadijah menjadi sebelia sebelumnya, tapi kesabaran, kedewasaan dan kematangan Khadijah justru menjadi tumpuan lelah perjalanan dakwah kenabian.
Pun demikian, kita lihat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah. Rasulullah tak pernah menuntut Aisyah menjadi seperti Khadijah. Tapi Rasulullah membebaskan Aisyah dengan masa mudanya, totalitas ekspresi keceriaan, kreativitas, dan hubungan yang sangat manja. Kerja cinta semacam ini tidak melelahkan, karena tidak ada tuntutan. Semua pihak sadar, bahwa ada keseimbangan yang harus diwujudkan.
Lantas, bagaimana pandangan Fromm tentang produktivitas dalam cinta? Fromm menjelaskan bahwa produktivitas mengisyaratkan keyakinan pada kemampuan diri, independen, aktif, berpikir positif, menerima keberadaan diri dan orang lain apa adanya. Kreativitas, di bilah yang lain dikatakan sebagai kapasitas kreatif mencari dunia baru untuk ditaklukan, memanfaatkan segala sesuatu untuk terus menerus dapat memberi keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain. Seperti juga cinta kenabian, ia menjadi ekspresi yang sangat sosial. Cinta meluas, tak hanya dalam kawasan romantis saja, tapi cinta yang produktif secara sosial, cinta yang dapat dirasakan masyarakat.
Dalam kenyataannya, cinta produktif adalah iklim cinta kerjasama, kejujuran, dan sikap yang rasional. Di wilayah lain, ia adalah kepribadian pedagang yang memperoleh keuntungan tanpa menrugikan orang lain. Erich Fromm, secara tidak sengaja menemukan wujud eksistensi nyata dalam pribadi Rasulullah SAW, sang fokus konsep Islam berkembang. Dalam kehidupan yang bersemangat, cinta produktif juga mencintai kehidupan dan sangat memperdulikan kesejahteraan orang lain. Ia tidak mengambil jarak, selalu bersama dengan orang lain.
Lagi-lagi, kita akan mendapati sosok yang dimaksud Fromm adalah Rasulullas Sallallahu ’alaihi wassalam. Kepedulian terhadap umat dam fakir miskin tak disangsikan lagi, kasih sayang dan kedekatan dengan sahabat dan fakir miskin, tak diragukan lagi. Bahkan Rasulullah sempat menanyakan seorang yang lama tidak nampak di barisan Shalat, dan ternyata sahabat itu meninggal, maka nabi menyesal dan mendatangi makamnya untuk menyalatkan. Cinta produktif, mewujud dalam akhlak tuntunan Rasulullah.
Cinta yang produktif; siapkah mencintai???