Minggu, 07 Desember 2008

Sekolah Moral, Adakah? - Kamis, 27 September 2007

KOMPAS
Sekolah Moral, Adakah?

Oleh ANTON PRASETYO

Seiring dengan perkembangan zaman, generasi muda seolah digembleng dengan berbagai ilmu. Tujuan adanya gemblengan tersebut dimaksudkan agar generasi muda nantinya akan tercetak menjadi generasi muda yang berkualitas. Generasi muda yang sanggup menghadapi zaman yang terus berkembang.

Saat ini bukanlah hal yang mustahil, orangtua tidak menyuruh anaknya untuk mengerjakan apa pun selain sekolah dan belajar. Para orangtua merelakan waktu senggang yang seharusnya dapat digunakan anaknya untuk membantu meringankan pekerjaan dirinya, asalkan si anak mau belajar. Tidak hanya itu, untuk membangkitkan semangat belajar anak, orangtua tidak segan-segan memberikan apa pun yang diminta anaknya, apalagi permintaan itu terkait dengan penunjang belajarnya, pasti orangtua akan segera memenuhi permintaannya.

Akhirnya, ke mana pun seorang anak minta sekolah, orangtua hanya menurutinya saja. Bagi mereka yang mempunyai perekonomian kelas elite, berapa pun uang yang diminta anaknya untuk biaya sekolah akan diturutinya. Sedangkan bagi mereka, orangtua yang perekonomiannya kelas menengah hingga marjinal, meskipun sangat berat mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan anaknya bersekolah pada sekolah yang dipilihnya.

Dalam memilih sekolah, seakan sudah dapat dipastikan jika biaya pendidikan yang dipatok sekolah terkait murah, seakan dapat dipastikan sekolah terkait murahan juga. Namun, jika sekolah mematok biaya yang mahal, seakan dapat dikatakan sekolah tersebut berkualitas, apalagi jika sekolah tersebut mendapat embel-embel favorit atau bahkan menjadi sekolah kelas internasional.

Dari sini, meskipun harus mengeluarkan uang banyak, orangtua dan anak yang ingin bersekolah tidak harus kesulitan menentukan sekolah yang berkualitas. Selain membandingkan harga mahal dan murah, mereka hanya dengan membandingkan beberapa sekolah yang telah terkenal kualitasnya dapat menentukan sekolah yang akan dijadikan pijakan belajar seorang anak. Di samping itu, calon siswa juga menyesuaikan kemampuan yang dimilikinya untuk menentukan sekolah mana yang mampu dimasukinya.

Dengan demikian, keinginan orangtua maupun seorang generasi muda untuk merealisasikan menjadi seorang yang berilmu tinggi sehingga tidak ketinggalan zaman tidaklah terlalu sulit.

Meskipun demikian, tantangan generasi muda dalam menghadapi perkembangan zaman yang berjalan dengan pesat sebenarnya tidak cukup hanya dengan mempersiapkan ilmu. Di samping harus terus menggali ilmu umum, mereka juga harus selalu siap membentengi diri dari budaya-budaya barat yang tidak sesuai kebudayaan ketimuran. Adanya fasilitas yang serba canggih; internet, telepon seluler (ponsel), televisi, dan semacamnya selain menunjang dalam belajar mengembangkan kemampuan keilmuan generasi muda, juga banyak menyuguhkan budaya-budaya asing yang sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi generasi muda.

Dengan hanya menekan situs-situs tertentu yang ada di internet, generasi muda tidak akan kesulitan mendapatkan berbagai informasi dan ilmu yang dibutuhkan. Begitu pula dengan ponsel dan televisi, dengan peralatan-peralatan seperti itu mereka akan dengan mudah dan cepat mengakses segala informasi dari berbagai belahan bumi yang ada di dunia ini. Selain itu, mereka juga akan dengan mudahnya menyampaikan informasi penting yang sekiranya diperlukan orang lain. Namun, semua itu tidaklah segalanya dimanfaatkan generasi muda.

Mereka sering kali menyalahgunakan fasilitas yang ada. Kenyataan ini karena internet, ponsel, televisi, dan semacamnya selain menyuguhkan berbagai ilmu dan informasi yang dibutuhkan generasi muda juga menyuguhkan berbagai ilmu dan informasi yang sama sekali tidak memberikan manfaat sedikit pun pada generasi muda terkait. Adanya situs-situs pornografi, tayangan televisi yang tak pernah lepas dari gaya kebarat-baratan semua merupakan bagaimana fasilitas yang menyuguhkan hal-hal yang positif juga menyuguhkan hal-hal negatif.

Selanjutnya, karena memang fasilitas sudah menyediakan berbagai informasi, termasuk yang negatif, mulai dari coba-coba generasi muda akhirnya kecanduan untuk menikmati suguhan-suguhan negatif yang ditawarkan media. Akhirnya, generasi muda tidak hanya kecanduan dengan menikmati perkara-perkara negatif yang disuguhkan media, lebih dari itu mereka tidak ingat lagi dengan niat utama, mencari ilmu dan informasi yang kiranya dapat menjadikan dirinya siap menghadapi perkembangan zaman.

Tak menjamin

Banyak di antara mereka tidak konsentrasi dalam belajar di sekolah atau kuliahnya. Mereka lebih suka nongkrong-nongkrong di tempat-tempat umum, pacaran ke sana kemari, hingga menjadi pecandu narkoba.

Dalam pergaulan sehari-harinya pun mereka seakan tidak lagi memegangi moral yang ada. Dalam berpakaian, mereka sudah menirukan bagaimana para artis mengenakan pakaiannya. Padahal, artis-artis yang ada seakan selalu tampil dengan pakaian yang sebenarnya tidak pantas ditiru pada masyarakat luas, utamanya generasi muda. Selain itu, akibat dari perkembangan zaman yang tidak terkendali ini, tidak sedikit dari generasi muda yang kebablasan dalam pergaulannya sehingga tidak jarang pula terdengar di telinga adanya generasi muda yang melakukan perbuatan mesum dengan pacarnya. Mereka tidak lagi memegang norma-norma yang ada. Moral mereka seakan sudah tak tertancap lagi dalam jiwanya.

Lantas, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah adakah sekolah yang mampu mencetak moral generasi muda tetap dalam bingkai batas norma-norma yang ada? Selama ini sekolah-sekolah yang notabene mempunyai embel-embel favorit atau kelas internasional pun tidak dapat menjamin moral siswanya akan baik. Bahkan, tidak sedikit dari sekolah-sekolah sebagaimana tersebut yang pergaulan siswanya jauh dari moral yang seharusnya selalu dipeganginya.

Anton Prasetyo Ketua Jamiyyah Qurra' wal Huffadz Pesantren Nurul Ummah Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar