Minggu, 07 Desember 2008

Pendapat Guru: BBM Melonjak, Pangan Membubung ==>Oleh Anton Prasetyo

KEDAULATAN RAKYAT
Pendapat Guru: BBM Melonjak, Pangan Membubung ==>Oleh Anton Prasetyo
06/06/2008 08:25:14 “MAAF pak, harganya Rp 6.500 per liter.” Nada berat itu terucap oleh penjual bensin eceran sebelah selatan UIN Suka Yogyakarta saat saya akan membelinya. Senada dengan kejadian ini, di salah satu POM bensin Yogya tertulis, maaf harga solar Rp 5.500 dan bensin Rp 6.000 per liter.
Dua kejadian di atas mengindikasikan ternyata kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak hanya dirasakan konsumen saja. Ada beban psikologis bagi para penjualnya. Bagaimana tidak, di satu sisi mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi kelancaran hidup diri dan keluarganya, pada sisi yang lain mereka tidak tega memberikan harga tinggi kepada konsumen.
Meskipun dalam dirinya terdapat perang batin, “namun apa boleh buat,” kiranya kata-kata yang terucap. Mereka tidak mungkin memberikan harga penjualan kepada konsumen sebagaimana sebelum ditetapkan kenaikan harga BBM. Akhirnya dengan keterpaksaannya mereka tetap menjual bahan bakar dengan harga tinggi.
Sebenarnya kenaikan BBM ini tidaklah menjadi persoalan yang berat. Kenaikan harga berkisar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per liter tidaklah begitu besar pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat. Persoalan utama adalah harga-harga selain BBM yang juga ikut-ikutan naik setelah dinaikkannya harga BBM.
Betapa tidak, angkutan umum tidak mungkin menyamakan tarif harga setelah adanya kenaikan BBM. Dengan adanya kenaikan BBM jika dirinya akan mendapatkan hasil dari bekerjanya, mereka juga harus menaikkan tarif harga kendaraannya.
Sementara pengguna angkutan umum, mereka juga tidak ingin rugi dengan adanya kenaikan tarif angkutan umum ini. Jika mereka menjadi seorang pedagang, mereka akan membuat bagaimana agar dirinya tidak rugi dengan adanya kenaikan harga tarif angkutan umum ini. Tidak bisa tidak, yang mereka lakukan adalah memainkan harga penjualan barang-barang dagangannya. Singkat kata, ‘ekor’ dari adanya kenaikan BBM sangat panjang. Setiap lini kegiatan dapat dipastikan naik.
Tidak heran jika dalam pantauan Biro Administrasi Perekonomian DKI Jakarta, setelah adanya kenaikan harga BBM kenaikan harga barang-barang di pasar mencapai 4 persen. Pantauan tersebut dilaksanakan Selasa (27/5) di Pasar Kramat Jati dan sekitarnya.
Lantas, celah manakah yang mengindikasikan bahwa kenaikan harga BBM dapat menyejahterakan masyarakat. Atau setidaknya memberikan rasa tentram kepada masyarakat? Selanjutnya, di manakah peran pemerintah dalam upaya menyejahterakan masyarakat? Memang memusingkan! q - m
*) Penulis, Kepala Perpustakaan
MA Nurul Ummah Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar