Senin, 15 Desember 2008

Harga BBM picu kepadatan jalan raya

HARIAN JOGJA
Harga BBM picu kepadatan jalan raya
Selasa, 16 Desember 2008 08:53 Eko

Senin (15/12) menjadi hari istimewa sekaligus mengagetkan. Di hari tersebut, pukul 00:00 BBM diturunkan harganya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa mulai pukul 00:00 hari Senin tanggal 15 Desember 2008 BBM untuk jenis bensin dan solah diturunkan harganya.
Dikata istimewa sekaligus mengagetkan dikarenakan diturunkannya harga BBM ini jangka waktunya sangat dekat dengan diturunkannya harga BBM untuk periode sebelumnya. Sebelumnya, harga BBM dinaikkan tanggal 1 Desember 2008 atau tepatnya setengah bulan kurang sehari. Selain itu, pemerintah sebelumnya juga mengumumkan bahwa harga BBM akan setelah tanggal 1 Desember 2008 akan diturunkan lagi secepatnya awal tahun 2008. Menariknya, penurunan harga BBM kali ini berbeda dengan penurunan pada 1 Desember. Jika pada 1 Desember harga BBM yang diturunkan hanya jenis bensin, dari Rp6.000 per liter menjadi Rp5.500 per liter, kali ini kedua jenis BBM (bensin dan solar) diturukan harganya. Harga solar yang sebelumnya Rp5.500 per liter, kini menjadi Rp4.800 per liter. Sementara untuk BBM jenis bensin yang sebelumnya Rp5.500 per liter, kali ini diturunkan menjadi Rp5.000 per liter. Pun demikian meskipun harga BBM kali ini diturunkan, sebagaimana yang penulis simak pada Opini Publik RRI (Radio Republik Indonesia) pada Senin (15/12), mereka masih sanksi bahwa diturunkannya BBM kali ini menjadikan tarif angkutan umum juga turun. Hal ini dikarenakan semenjak 24 Mei lalu tarif angkutan umum naik. Padatnya jalan raya Terkait semakin padatnya jalan raya di Kota Jogja, naik turunnya harga BBM sangatlah signifikan pengaruhnya. Saat ini harga BBM turun, pengguna motor dan mobil pribadi langsung dapat merasakan penurunan tersebut. Dengan harga BBM jenis bensin semenjak 1 Desember lalu senilai Rp5.500 per liter dan sekarang turun menjadi Rp5.000 per liter, jika dalam sehari menghabiskan 3 liter berarti dirinya dalam sehari sudah bisa menghemat uang senilai Rp1.500. Berbeda dengan kenyataan yang dirasakan pengguna angkutan umum. Meskipun harga bensin terus menurun, tarif angkutan masih tetap. Di sinilah dampak penurunan harga BBM tidak dirasakan bagi pengguna jasa angkutan. Padahal, realita yang ada, ketika harga BBM naik, tarif angkutan umum pun langsung bisa dirasakan pengguna angkutan umum. Dari beberapa realita di atas dapat dianalisa bahwa karena masyarakat tidak menginginkan adanya kerugian, antara menggunakan kendaraan pribadi dengan menggunakan angkutan umum dalam bertransportasi, lebih suka dengan menggunakan kendaraan pribadi. Jika saja ada orang yang tetap menggunakan angkutan umum rata-rata dikarenakan terpaksa. Keterpaksaan ini bukan karena dipaksa sopir atau kernet angkutan umum, namun karena tidak mempunyai alat transsportasi pribadi. Sehingga dari sini, mau ataupun tidak dirinya harus menggunakan alat transportasi umum. Alhasil, tidak heran jika jalan raya penuh sesak dengan pengguna alat transportasi pribadi dibanding sementara angkutan umum kosong. Ada dua titik permasalahan yang mestinya segera diselesaikan agar padatnya jalan raya dapat diminimalisir. Pertama, pemilik bersama dengan pemerintah kota seharusnya segera menurunkan tarif angkutan umum saat BBM turun. Dengan diturunkannya tarif angkutan umum ini menjadikan animo tersendiri bagi masyarakat untuk menggunakan angkutan umum sebagai alat transportasinya. Sehingga pemilik angkutan umum pun tidak harus was-was dengan kebijakan yang ditetapkannya, menurunkan harga angkutan. Kedua, seluruh masyarakat sebagai pengguna jalan raya harus juga sadar bahwa dengan dirinya selalu menggunakan transportasi pribadi akan menyebabkan padatnya jalan raya. Jika keduanya bisa berjalan hingga 30% saja, penulis yakin penurunan kepadatan jalan raya dapat dirasakan bersama. Wallahu a’lam.
ANTON PRASETYO Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar