Rabu, 22 April 2009

Menggeliatkan Sekolah Internasional

dipubliasikan HU Pelita, 21 April 2009
Oleh Anton Prasetyo
Koordinator Litbang Lembaga Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Pesantren Nurul Ummah Yogyakarta

Era keterbukaan menuntut seluruh komponen masyarakat mempunyai kecakapan dan wawasan luas. Jika keduanya tidak dikuasai akan berakibat fatal, tidak bisa bersaing dengan yang orang lain (baca: masyarakat luar negeri). Pun demikian realita mengatakan, kita saat ini masih belum bisa mempunyai kecakapan dan wawasan yang mumpuni sehingga dapat digunkan untuk bersaing dengan orang lain.
Information and communication technology (ICT) bukan lagi menjadi pengetahuan sekunder atau tersier dalam persaingan kerja. Penggunaan ICT sudah menduduki level kepentingan primer. Penggunaan internet dengan berbagai programnya (termasuk juga dalam program-program komputer), telepon seluler (ponsel), serta media-media ICT lain menjadi alat yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja tingkat internasional.
ICT akan sangat besar manfaatnya selain sebagai alat komunikasi langsung juga untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan secara cepat dan akurat. Dapat dibayangkan, untuk mengetahui keadaan berita yang publikasikan media massa di negara lain, dengan internet cukup membuka situs tertentu akan dapat memperoleh informasi secara lengkap. Dengan penggunaan ICT ini seseorang bisa memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan dengan efisien waktu, tenaga dan biaya. Dalam situasi genting (sense of urgency) seperti apapun, ICT dapat membantu menyelesaikan masalah orang yang menguasinya.
Tidak kalah pentingnya, dalam persaingan dunia kerja bertaraf internasional juga bisa berbahasa inggris baik aktif maupun pasif. Dengan kemampuan bahasa inggris seseorang akan mampu berkomunikasi dengan orang lain sehingga dapat dengan mudah menjalin kerja sama yang rapi dan tidak adanya discommunication. Pertanyaan kenapa harus bahasa inggris, semua orang sudah tahu jawabannya, bahwa bahasa inggris merupakan bahasa internasional.
Kegunaan bahasa inggris aktif bias diterapkan pada komunikasi langsung antar perorangan. Dengan media komunikasi semisal telepon seluler (ponsel) ataupun bertatap muka langsung, penguasaan bahasa inggris aktif sangat berperan. Sementara bahasa inggris pasif banyak berguna pada teks-teks keilmuan ataupun onformasi yang ada pada media massa ataupun buku.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah tidak sedikit siswa kita yang notabene sebagai generasi muda, akan turut kancah internasional dalam persaingan multidimensi, tidak siap baik secara ICT maupun kebahasaan. Selain itu kemampuan skill juga sangat minim. Jika hal ini terus dibiarkan Negara Indonesia ke depan dipastikan akan kalah saing dengan dunia luar.
Kendati demikian menjadi kebanggaan tersendiri saat para siswa Indonesia mempunyai semangat belajar ke luar negeri untuk bisa mengejar keterbelakangannya. Pendidikan luar negeri semacam Australia lebih menjanjikan dibandingkan dengan pendidikan dalam negeri. Berbagai metode pembelajaran diterapkan di sana. Selain itu sarana pendukung semacam perpustakaan, tenaga pengajar yang professional juga di sediakan di sana.
Pun begitu tidak harus siswa belajar di luar negeri untuk bisa bersaing dengan dunia luar. Kali ini banyak sekolah didirikan di Indonesia dengan standar internasional. Dalam keseharian serta bahasa pengantar yang digunakan pada sekolah ini adalah bahasa inggris. Jika ada bahasa Indonesia, itu hanya sekedar penambahan sebagaimana yang ditetapkan sekolah terkait.
Sekolah dengan kurikulum setara internasional ini sangat baik untuk anak-anak. Bagaimanapun seorang anak adalah ibarat kaset kosong atau kertas putih yang bisa diisi dengan apapun sesuai dengan yang akan mengisinya. Kertas putih kosong dapat ditulisi dengan tulisan indah nan bermakna juga bisa dicorat-coret dan tidak ada gunanya, hanya menjadi sampah. Begitu pula dengan seorang anak. Apabila seorang anak yang masih polos di diberikan pendidikan yang baik dan berkualitas, ke depan dirinya juga akan menjadi baik dan berkualitas. Namun jika seorang anak diberikan pendidikan jelek dan tidan berkualitas, dipastikan dirinya ke depan tiak akan menjadi baik dan tidak pula berkualitas.
Jadi sangat sayang jika seorang anak yang begitu elastis tersebut tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Anak sendiri juga nantinya akan menyesal jika dirinya pada masa kecil tidak mendapatkan pendidikan yang baik nan berkualitas. Nasib kehidupannya pun tidak akan cerah. Mereka akan tersingkir dari dunia yang penuh dengan kemodernisasian yang terus berkembang.
Selain itu, jika seorang anak disekolahkan pada sekolah yang berkualitas, ke depan jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang berkualitas pula akan sangat mudah. Jika sejak kecil sudah belajar di sekolah internasional, karena bahasa pengantar kesehariannya sudah menggunakan bahasa inggris, mereka juga suatu saat jika akan meneruskan ke jenjang pendidikan luar negeri juga akan sangat mudah.
Sekarang yang perlu diperhatikan adalah orang tua yang dapat dikata sebagai stakeholder atas anak-anaknya. Cukup puaskah mereka dengan pendidikan umum yang ada di sekitaran kita untuk memajukan anak-anaknya. Yang jelas keputusan mereka yang akan merasakan adalah anak-anak mereka di masa mendatang. Jika mereka merasa cukup, tentu anak-anak mereka akan menyesal. Namun jika orang tua menginginkan anaknya dapat belajar ke sekolah yang favorit tentu anak ke depan akan merasakan hasil yang memuaskan.
Kini yang perlu menjadi perhatian utama adalah generasi muda kita ke depan akan menghadapi persaingan yang begitu ketatnya. Mereka perlu persiapan matang sejak dini. Jika tidak dipersiapkan tentu mereka akan menyesal karena tidak dapat bersaing dan hanya akan menjadi penonton. Kwajiban-kwajiban ini bukanlah kwajiban anak namun orang tuanya. Wallahu a\'lam